Rabu, 29 Agustus 2018

Resensi Buku


Selamat datang di blog saya.. 
Berikut ini resensi dari buku yang saya pinjam di Perpustakaan Kampus. saya memohon maaf jika dalam membuat resensi ini banyak kekeliruan. Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman pembaca, agar menjadi perbaikan postingan saya kedepan. Terimakasih. Semoga bermanfaat.

Mitologi dan Toleransi Orang Jawa


Judul : Mitologi dan Toleransi Orang Jawa yang diterjemahkan dari buku Mythology and the Tolerance of the Javanese Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Departmen of Asian Studies, Cornell University, Ithaca, New York, 1965
Penulis : Benedict R O’G. Anderson
Penerjemah : Revianto B. Santosa dan Luthfi Wulandari
Penerbit : Penerbit MataBangsa
Cetakan : Cetakan keempat, 2016
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal buku : xviii + 192 halaman

Kepengarangan
Benedict Richard O’Gorman Anderson adalah Guru Besar Studi Internasional di Cornell University. Dia adalah penulus buku Java in the Time of Revolution; Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia; Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism, dan The Spectre of Comparisons: Nasionalism, Southeast Asia and the World. Kesemuanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.


Banyak orang Eropa dan Amerika yang menyepakati bahwa orang Jawa sangat menjunjung tinggi toleransi. Kemudian dalam buku ini dijelaskan bahwa toleransi orang Jawa hanya sejauh sistem-sistem keagamaan yang telah diasimilasikan dengan budaya setempat dan hanya jika pemeluknya adalah orang Jawa yang disegani.
Selanjutnya mengenai mitologi, disebutkan bahwa hal inilah yang membedakan masyarakat Jawa dengan masyarakat Barat. Terdapat mitologi religius yang menggambarkan rona kehidupan orang Jawa, yaitu mitologi wayang Jawa. Namun kemudian banyak yang menafsirkan wayang hanya sebagai pentas moral sembarang antara Kebaikan dan Kejahatan. Hal ini sebenarnya tergantung dari sudut pandang penikmat wayang itu sendiri.
Dalam masyarakat Jawa terdapat tatanan hierarkis yang tidak memiliki sistem kasta, hanya menyerupai gagasan murni kasta. Setiap tataran atau golongan menjalankan fungsinya agar dapat saling melengkapi tataran lainnya. Pengakuan terhadap setiap tataran hierarkis tersebut bergantung pada kecakapan mereka dalam memenuhi fungsi-fungsi tataran mereka seperti lakon-lakon dalam wayang. Setiap tokoh dalam wayang harus selalu mengindahkan nilai-nilai tokoh tersebut.
Buku ini kemudian menguraikan berbagai kepribadian dan karakteristik dari tokoh-tokoh wayang; Yudistira, Wrekudara (Bima), Arjuna, Kresna, Baladewa, Karna, Kumbakarna, Dahyang Durna, Suyudana, Sumbadra, Kyai Lurah Semar.
Wayang secara umum dapat diterima di berbagai daerah dan kelas masyarakat Jawa. Anak-anak Jawa meneladani moral dan kesadaran estetis dari tokoh-tokoh wayang, sesuai dengan penilaian dan pengharapan mereka. Yang mana pendidikan wayang berkembang dari serangkaian teladan dan contoh mitologis yang nyata dengan beragam jenis psikologi dan sosial yang sangat kontras. Hal inilah yang mengajarkan dan memelihara toleransi masyarakat Jawa.
Selanjutnya dijelaskan mengenai keadaan dewasa ini. Dimana keaslian, moralitas, dan nilai-nilai estetis dari wayang telah kabur karena upaya modernisasi.
Penulis menguraikan kepribadian dan karakteristik tokoh-tokoh pelengkap, kisah Mahabharata versi Jawa, silsilah Mahabharata versi Jawa, serta kisah Ramayana versi Jawa pada bagian apendiks.
Menurut saya buku ini sangat lengkap, berbagai analogi yang mudah dipahami dan gambar tokoh-tokoh wayang ada didalamnya. Buku ini juga dilengkapi dengan penjabaran dari berbagai istilah Jawa yang digunakan. Hanya saja, susunan bahasa agak sulit dipahami.



Situs-situs web UNY :

Buku yang dijadikan sumber resensi :
Mitologi dan Toleransi Orang Jawa yang diterjemahkan dari buku Mythology and the Tolerance of the Javanese Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Departmen of Asian Studies, Cornell University, Ithaca, New York, 1965
Buku ini ditulis oleh Benedict R O’G. Anderson yang diterjemahkan oleh Revianto B. Santosa dan Luthfi Wulandari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar